Umar Bin
Al-Khattab ra merasa keheranan. Kedua bola matanya tertuju ke seorang pemuda
gagah yang duduk berlama-lama di masjid. Di larut dalam kekhusyukan ibadah.
Namun sayangnya, biaya hidup sehari-harinya menjadi beban dan tanggung jawab
masyarakat. Umar lalu menyuruh pemuda itu keluar dari masjid menyingsingkan
lengan baju, untuk bekerja keras memenuhi hajat sehari-harinya.
Umar berkata,
“Innas sama’a laa tumthiru dzahaban wa laa fidhdhah” (Sesungguhnya langit itu
tidak akan pernah menurunkan hujan emas dan perak).
Begitu
tegasnya Umar kepada sang pemuda. Hal ini dilakukan demi kebaikannya. Umar
mendorong pemuda itu agar bekerja keras mencari nafkah untuk diri dan
keluarganya, setelah dia memanjatkan doa-doa.
Bukan berarti
Umar melarang pemuda itu beri’tikaf di masjid, karena bagaimanapun duduk
berdzikir dan i’tikaf adalah ibadah yang sangat mulia. Akan tepai, disini ada
skala prioritas yang mesti disadari. Bekerja itu akan menghasilkan upah, dengan
upah seseorang bisa memberi kebaikan untuk dirinya, keluarga, dan orang-orang
yang dicintainya.
0 comments:
Post a Comment